Penyakit apakah yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia? Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit Diare menempati posisi teratas (nomor satu terbanyak) sebagai penyebab kematian bayi (usia 29 hari - 11 bulan) dan balita (usia 12 - 59 bulan), sedangkan sebagai penyebab kematian kedua terbanyak pada kelompok bayi dan balita adalah penyakit Pneumonia. Insiden Rate (IR) penyakit diare cenderung meningkat (naik) dari tahun ketahun, pada tahun 2000 IR Diare sebesar 301/1000 penduduk, tahun 2003 IR Diare menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 sebesar 411/1000 penduduk. Catatan: Insiden Rate (IR) adalah jumlah kasus baru suatu penyakit selama jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut pada jangka waktu tersebut atau pada pertengahan tahun. Rumus IR: (jumlah penderita baru/jumlah penduduk) x 100 %.
Apakah Diare itu?
Pada umumnya kita semua sudah tahu apa itu diare atau yang biasa disebut 'mencret'. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.
Penyebab Diare pada Bayi dan Anak Balita
Ada beberapa penyebab anak terkena diare, antara lain:
Bayi/balita diberikan makanan dan atau minuman yang tidak bersih sehingga saluran pencernaannya terinfeksi virus, bakteri atau parasit penyebab diare.
Alergi susu formula atau susu lainnya.
Bayi diberi makanan yang tidak sesuai dengan umurnya.
Keracunan makanan.
Sumber/cara penularan diare antara lain:
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar mikroba dan tidak memasak air sampai mendidih.
Bayi/balita bermain di tempat kotor atau bermain mainan yang kotor, kemudian menghisap jari tangannya atau memasukkan mainan yang kotor kemulutnya.
Pencucian alat-alat makan dan minum (piring dan sendok) memakai air yang tidak bersih; botol susu tidak direbus/diseduh sebelum dipakai.
Orang yang menyiapkan makanan anak tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (terutama setelah buang air besar).
dan lain-lain.
Tanda-tanda Dehidrasi pada Bayi dan Anak Balita
Ketika diare, anak mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui pembuangan tinja yang cair. Bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak mendapat penggantian secara adekuat maka anak akan mengalami kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut 'Dehidrasi'. Ada 3 jenis dehidrasi: ringan, sedang dan berat.
Orang tua harus dapat menilai ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak balita yang terkena diare. Perhatikan adakah tanda-tanda dehidrasi. Bayi dan anak balita telah mengalami dehidrasi bila menunjukkan adanya dua atau lebih tanda-tanda dehidrasi dibawah ini, yaitu:
Pada dehidrasi ringan sampai sedang: Anak tampak rewel atau gelisah, anak kehausan dan minum dengan lahap, tes cubitan dikulit perut (turgor) kembalinya lambat, mata tampak lebih cekung daripada biasanya.
Pada dehidrasi berat: kesadaran berkurang atau anak tidak sadar, mata cekung, anak tampak sangat lesu/lemah, tidak bisa minum atau malas minum, tes cubitan pada kulit perut (turgor) kembalinya sangat lambat (2 detik atau lebih), air kencing sedikit atau anak tidak kunjung kencing.
Pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), ubun-ubun kepala terlihat/teraba cekung pada dehidrasi berat.
Gambar cara pemeriksaan turgor pada kulit perut anak.
Sumber: WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jenis-jenis diare dan tanda-tandanya yaitu:
Diare cair akut: diare lebih dari 3 kali perhari dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Kolera: diare dimana tinja yang keluar seperti air cucian beras, berbau busuk, jumlahnya banyak dan sering serta cepat menimbulkan dehidrasi berat.
Disentri: diare dimana tinja yang keluar disertai darah dan atau lendir.
Diare persisten: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare dengan gizi buruk: diare jenis apapun yang disertai keadaan gizi buruk.
Diare terkait antibiotik: diare yang berhubungan/disebabkan oleh pemberian antibiotik oral spektrum luas.
Cara Mencegah Diare pada Bayi dan Anak Balita
Tips berikut ini bila diterapkan dapat mengurangi insiden diare pada anak.
Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan.
Setelah anak berumur 6 bulan, disamping ASI diberikan juga makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap dalam jumlah maupun kelembutannya. Bayi yang menginjak usia 6 bulan diberikan makanan lembek (setengah cair) dalam jumlah sedikit-sedikit, kemudian ditingkatkan jumlahnya secara bertahap dan kelembutannya juga ditingkatkan secara bertahap minggu demi minggu. Semua ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pencernaan bayi menyesuaikan diri.
Masaklah air untuk diminum sampai mendidih.
Biasakan mencuci tangan memakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita, sebelum memegang bayi, setelah buang air besar, dan setelah membersihkan bayi dan anak balita dari buang air besar.
Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta membilas dengan air matang sebelum dipakai, merebus/menyeduh botol susu bayi dan balita sebelum dipakai.
Biasakan buang air besar di WC/jamban.
Biasakan membuang sampah pada tempatnya.
Membuang air limbah rumah tangga pada sarana/saluran pembuangan limbah yang tersedia.
Hindari menghaluskan makanan bayi memakai mulut orang tua seperti banyak terjadi di beberapa provinsi tertentu di Indonesia.
Jangan biasakan anak-anak bermain di tempat yang kotor.
Ajari dan biasakan anak balita mencuci tangan memakai air bersih dan sabun sebelum makan.
Tutup makanan dan minuman dan ditaruh ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang.
Hindari memberi makanan yang sudah basi/agak basi/berjamur/bulukan kepada anak. Hangatkan terlebih dahulu lauk-pauk yang sudah disimpan sejak kemarin.
Bila memakai air minum kemasan, jangan memilih yang kualitas/kebersihannya diragukan.
dan lain-lain
Penanganan Diare pada Bayi dan Anak Balita
Tindakan yang perlu dilakukan di tingkat rumah tangga bila bayi atau anak balita terkena diare adalah:
Berikan Air Susu Ibu (ASI) lebih sering. Bila anak mendapat susu formula, berikan lebih sering.
Makan seperti biasa dan minum lebih sering. Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi agar anak tetap kuat dan bertumbuh, serta mencegah berkurangnya berat badan.
Setelah diare berhenti, anak diberikan makanan 'ekstra' selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
Berikan segera cairan oralit setiap kali bayi atau anak balita buang air besar. Bila tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur atau air tajin. Oralit yang sekarang beredar di pasaran pada umumnya oralit dengan osmolaritas rendah yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Jika bayi atau anak balita muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi pemberian cairan oralit sedikit demi sedikit.
Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
Jangan berikan obat apapun kecuali obat dari petugas kesehatan atau dokter. Pemberian obat anti diare dapat membahayakan bayi dan anak balita.
Segera bawa bayi/anak balita berobat ke petugas kesehatan bila: a) diare terus berlanjut dan anak terlihat lemah atau menderita dehidrasi, b) anak selalu memuntahkan apapun yang dimakan/diminum, c) anak menderita kolera atau disentri (lihat tanda-tanda kolera dan disentri pada tulisan di atas).
Pemberian Tablet Zinc Selama Anak Diare
Zinc (atau bahasa Indonesianya Seng) merupakan zat mikronutrien yang penting untuk kesehatan, antara lain berguna untuk perkembangan tubuh balita, meningkatkan daya tahan (imunitas) tubuh, dan mempercepat penyembuhan luka. Ketika anak diare, 'zinc' juga ikut hilang dalam jumlah besar bersama dengan tinja. Oleh karena itu sangat perlu bagi anak yang menderita diare diberikan asupan Zinc untuk mengganti zinc yang hilang selama diare.
Hasil riset telah membuktikan bahwa pemberian zinc kepada anak yang menderita diare bermanfaat untuk: mempercepat proses penyembuhan diare, mengurangi lamanya diare, mengurangi tingkat keparahan diare, menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan setelah diare dan menjaga anak tetap sehat pada bulan-bulan berikutnya. Mintalah/ingatkan petugas kesehatan untuk memberikan tablet zinc bagi anak yang menderita diare. Petugas kesehatan akan memberikan tablet zinc dengan dosis:
Untuk anak berusia < 6 bulan: 1/2 (setengah) tablet atau 10 mg perhari selama 10 hari.
Untuk anak berusia lebih dari 6 bulan: 1 tablet atau 20 mg perhari selama 10 hari.
Hubungan Diare dan Gangguan Gizi pada anak
Selama anak diare, terjadi penurunan asupan makanan, penurunan penyerapan zat-zat makanan (nutrisi), dan peningkatan kebutuhan nutrisi. Hal ini secara bersama-sama seringkali menyebabkan penurunan berat badan anak selama diare dan setelah diarenya selesai, selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan atau tertahannya pertumbuhan anak atau anak mengalami gangguan gizi.
Gangguan gizi dapat menyebabkan diare menjadi lebih lama, lebih parah, dan lebih sering dibandingkan diare yang terjadi pada anak tanpa gangguan gizi. Oleh karena itu anak perlu diberikan makanan yang kaya gizi selama diare dan ketika anak sehat.
Referensi
WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.
Sumber: InfoDokterku.com
+ komentar + 1 komentar
terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,
Posting Komentar