Mendengkur telah lama diketahui sebagai tanda dari sleep apnea atau henti nafas dalam tidur. Sleep apnea terjadi akibat dari menyempitnya saluran nafas saat tidur, hingga aliran udara terhenti. Walau gerakan nafas berusaha keras menarik udara, udara tetap tidak dapat masuk ataupun keluar dari paru-paru. Akibatnya penderita dalam keadaan sesak akan terbangun tanpa sadar untuk mengambil nafas.
Perhatikan, walau gelombang otak terbangun, si penderita tidak sampai terjaga. Akibatnya, ia bangun dengan rasa tak segar dan terus mengantuk tanpa tahu penyebabnya. Episode henti nafas ini berulang sepanjang malam mengakibatkan reaksi berantai yang berujung pada hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke hingga kematian.
Pemimpin penelitian, Dr. Gregory Lip menegaskan bahwa sleep apnea tak dapat dianggap sebagai gangguan yang ringan. Sudah lama para ahli mengetahui bahaya ini. Sayang, masyarakat umum masih menganggap mendengkur sebagai gangguan suara biasa saja. Akibatnya, risiko berbagai penyakit berbahaya terus mengintai setiap malam. Amat disayangkan karena semua penyakit tersebut bisa dicegah dengan mengatasi dengkuran.
Sebuah penelitian lain yang lebih dulu diterbitkan oleh jurnal Circulation di tahun 2003 bahkan menyebutkan bahwa dengan perawatan sleep apnea, seorang pendengkur akan turun risikonya untuk menderita berbagai penyakit jantung sebanyak 37 persen, sementara risiko terserang stroke turun hingga 56 persen.
Dari pemeriksaan standar di laboratorium tidur, pasien penderita sleep apnea dikelompokan dalam kategori ringan, sedang dan parah berdasarkan jumlah henti nafas perjam dalam tidur. Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal American Heart Association itu, dilakukan echocardiography pada 40 orang pendengkur dengan sleep apnea, 40 orang penderita hipertensi tanpa sleep apnea dan 40 orang sehat.
Hasilnya, penderita sleep apnea dan penderita hipertensi tanpa sleep apnea mengalami gangguan struktur dan fungsi pada ventrikel kiri jantung. Kelompok yang menderita sleep apnea, kemudian diberikan perawatan berupa Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Alat ini berupa unit alat yang dihubungkan ke masker hidung dan meniupkan tekanan positif untuk mengganjal saluran nafas agar tetap membuka selama tidur.
Penderita sleep apnea walau awalnya menganggap penggunaan CPAP sebagai sesuatu yang seram dan merepotkan, namun akhirnya jatuh hati karena kualitas tidur menjadi lebih baik. Ini tampak dari kualitas hidup di siang harinya. Setelah menggunakan CPAP selama 6 bulan, para pendengkur dengan sleep apnea kembali diperiksa. Hasilnya, penebalan dinding jantung berkurang, dan fungsi-fungsi jantung didapati membaik.
Penulis juga mengingatkan, walau tidak merasakan gejala-gejala gangguan jantung, sebaiknya tetap waspada jika kita seorang mendengkur. Karena terbukti, perawatan dengkur dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Anda pendengkur?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendengar kesaksian pasangan. Sebab dialah yang tahu kondisi kita saat tidur. Kita sendiri tak pernah tahu bila diri kita mendengkur. Pendengkur akan menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur. Pemeriksaan yang rumit namun nyaman ini tak memerlukan persiapan khusus. Tinggal datang, dipasangi alat, lalu tidur hingga pagi.
Dari pemeriksaan tidur, baru didapatkan diagnosa dan bisa diputuskan perawatan terbaik. Penggunaan CPAP pun diperkenalkan. Penyetelan alat, pengenalan hingga pemberian alat hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang memang terlatih khusus. Setelah penggunaan Anda akan merasa segar bugar seolah terlahir kembali. Semua tantangan baru seolah bisa diatasi dengan mudah. Dan Anda pun terhindar dari berbagai penyakit berbahaya yang mungkin mengintai jika dengkuran tak diatasi.
Sumber : KOMPAS.com
Posting Komentar