Yogi Prayogi, pegawai Bank Jabar Bandung juga anggota Barudak Vespa Club (BAVES) terkena masalah kesehatan yang cukup unik. Setiap hari ia riding dari rumah ke tempat kerja berjarak sekitar 15 km. ”Saya tidak pernah lupa memakai penahan angin dari kulit,” jelasnya.
Kira-kira setahun berselang, ia mulai merasakan gangguan kesehatan. Dadanya sering sesak dan batuk kering. “Rasa sakit itu makin parah hingga akhirnya konsultasi ke dokter Cecep yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya, di kawasan Ujung Berung,” jelasnya lagi.
Saat share dengan dokter, ia mengaku tidak pernah lupa memakai penahan dada agar angin tidak masuk. Sepanjang pengatahuan Yogi, penahan dada ini baik untuk menghalangi terpaan angin yang menyerang paru-paru. Analisis dr. Cecep tidak disangkanya. ”Katanya, penahan angin itulah penyebab paru-paru basah,” cerita Yogi dengan nada kaget.
Begini analisis dr. Cecep, saat dipakai siang hari, udara panas menyebabkan keringat mengucur deras di wilayah ini. Nah karena sirkulasi udara tertahan di wilayah ini, keringat tidak menguap ke luar. Yang ada malah terserap kembali ke dada. ”Itulah penyebab utama dada jadi sakit,” cerita Yogi ke MOTOR Plus.
Setelah tahu kalau penyebabnya itu, Yogi tidak berani lagi memakai penahan angin.”Lebih nyaman pakai koran aja,” katanya enteng.
Sampai sekarang ia masih mengeluhkan sakit di dada dan memilih mencari pengobatan alternatif untuk menghilangkan sesak di dadanya. ”Saya coba pengobatan Cina dan hasilnya sudah lumayan,” katanya setengah lega.
Tentu saja penyebab terserangnya gangguan paru-paru tidak hanya dari satu sebab saja. Winny Windiarti yang setiap hari diantar suaminya naik motor juga mengeluhkan hal yang hampir sama.
”Hampir setiap hari saya menghabiskan waktu 1 sampai 1,5 jam berada di atas motor setelah beberapa lama, dada saya sakit,” kisahnya.
Ia lantas dirawat 6 hari di RS Fatmawati malah sempat pindah rumah sakit yakni RS Boromeus yang ditangani langsung dr. Widiastuti spesialis paru-paru. Kasusnya lain dengan Yogi. Saat dibonceng ia mengaku tidak pernah memakai masker pelindung polusi. “Pihak RS Fatmawati bilang saya terkena polusi udara. Saat di Boromeus di uap untuk mengencerkan lender yang mengendap di paru-paru,” terangnya.
Dr. Andrian Tio memberi keterangan tambahan. Gejala broncho pneumonia (radang paru) dan sesak nafas (pleural effusion) dipengaruhi 3 faktor besar. Yakni, kelembaban udara, daya tahan tubuh dan polusi. Jika dibiarkan bisa menjadi akut yakni kelainan paru-paru, bronchitis dengan gejala, badan panas tinggi, tak punya nafsu makan dan keluarnya riak atau lendir di mulut dan hidung.
Secara lebih detail Dr. Muherman H, spesialis paru-paru R.S St. Carolus menerangkan. ”Di paru-paru ada selaput luar dan dalam. Di antaranya dipisahkan rongga yang rentan terkena kuman menular. Rongga itu bisa lengket atau terisi cairan. Namanya pleuritis, pengumpalan cairan di selaput paru-paru oleh kuman tuberculosis,” jelasnya.
Dari keterangan ahli medis ini, biker tentunya wajib waspada. Kasus yang menimpa Yogi misalnya, bisa saja tidak berdiri sendiri. Selain penahan angin yang membuat sirkulasi tak baik, masuknya udara dari hidung bisa jug menjadi penyebab lainnnya.
Posting Komentar